Mengenal Raden Saleh, Pelopor Seni Lukis Modern di Indonesia
Nama Raden Saleh telah dikenal lama sebagai salah satu seniman besar di Indonesia. Beliau juga dinobatkan sebagai pelopor seni lukis modern Indonesia. Mari mengenal sosok Raden Saleh melalui biografinya berikut ini!
—
Belakangan ini, nama Raden Saleh lagi mencuat karena pelukis yang satu ini menjadi inspirasi untuk pembuatan film ‘Mencuri Raden Saleh’. Film yang lagi ramai dibicarakan di media sosial ini menceritakan tentang sekelompok anak muda yang berencana untuk mencuri lukisan Raden Saleh yang ada di Istana Negara.
Tapi di sini, kita gak akan bahas tentang filmnya, kok! But, kita akan bahas tentang sosok Raden Saleh dan bagaimana riwayat hidupnya hingga akhir hayat. Kamu juga akan dikenalkan dengan beberapa karya lukisan terbaik yang telah dibuat oleh beliau, di mana salah satunya adalah lukisan yang dicuri oleh Piko dan kawan-kawan di film ‘Mencuri Raden Saleh’.
Penasaran dengan biografi dan kisah dari pelukis satu ini? Scroll untuk baca!
Awal Kehidupan Raden Saleh
Raden Saleh Sjarif Boestaman atau yang lebih dikenal Raden Saleh lahir di dekat Semarang, tepatnya di Terboyo. Tentang tahun berapa ia lahir masih simpang siur. Pada sebuah lukisan potret diri, Raden Saleh menulis Mei 1811. Namun dalam sebuah surat, ia pernah menyebutkan tahun 1814.
Namun menurut Werner Kraus, seorang kurator asal Jerman yang mendedikasikan seperempat abad hidupnya mempelajari karya Raden Saleh, tahun 1811 dianggap lebih tepat. Alasannya karena sesuai dengan data bahwa Raden Saleh mulai belajar melukis pada 1819, ketika beliau berusia 8 tahun dan masih bersekolah di Volks-School (sekolah rakyat).
Raden Saleh lahir dari keluarga keturunan Jawa-Arab. Ayahnya bernama Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya merupakan seorang keturunan Arab, sedangkan Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen merupakan keturunan Jawa ningrat tinggal di daerah Terboyo, Semarang. Raden Saleh adalah cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman dari sisi Ibunya.
Potret Raden Saleh (wikipedia.com)
Sejak usia 10 tahun, Raden Saleh telah diserahkan kepada pamannya Kyai Adipati Soero Menggolo yang saat itu menjabat sebagai bupati Semarang, ketika Indonesia masih berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Selain menjabat sebagai bupati, pamannya juga merupakan salah satu anggota Javaansch Weldading Genootschap (masyarakat filantropi), di mana sebagian anggotanya merupakan pejabat Belanda.
Perkumpulan inilah yang kemudian mendorong minat Raden Saleh pada seni lukis dan kebudayaan Eropa.
Baca Juga: Cara Berpikir Diakronik, Sinkronik, dan Periodesasi dalam Sejarah
Bakat Melukis yang Memikat Hati
Sebenarnya, Raden Saleh telah menunjukkan bakat menggambarnya sejak bersekolah di Volks-School. Bahkan ketika masih berusia 12 tahun atau 15 tahun, bakat melukis Raden Saleh berhasil mencuri perhatian A.A.J. Payen, seorang pelukis asal Belgia. Saat itu, A.A.J. Payen sedang datang ke Indonesia untuk membantu Prof Reinwardt selaku pendiri Kebun Raya Bogor dan Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau-pulau sekitarnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Kala itu, Prof Reinwardt bersama satu tim juru gambar dan juru lukis, termasuk A.A.J. Payen, sedang berkeliling pulau Jawa ketika mereka bertemu Raden Saleh di kediamannya yang saat itu berada di Cianjur, rumah Residen Priangan, Jonkheer Robert L.S. Van Der Capellen. Bakat melukis Raden Saleh berhasil memikat hati A.A.J. Payen.
Akhirnya, Raden Saleh yang saat itu masih mengenyam pendidikan di Sekolah Raja yang didirikan Van der Capellen pun diangkat menjadi murid sang pelukis asal Belgia tersebut.
Dari A.A.J. Payen, Raden Saleh mulai berkenalan dengan palet, cat minyak, terpentin, minyak rami, dan pisau lukis. Raden Saleh juga diajarkan A.A.J. Payen tentang gaya lukisan Eropa dan seni Barat. Tidak hanya belajar melukis, Raden Saleh juga sering diajak berkeliling Jawa dalam perjalanan dinas A.A.J. Payen. Melalui perjalanan inilah, Raden Saleh mendapatkan banyak inspirasi untuk lukisannya. Pada setiap daerah yang mereka singgahi juga, Raden Saleh diberi tugas untuk melukis tipe-tipe orang Indonesia yang ada di wilayah tersebut.
Kehidupan Raden Saleh di Eropa
‘Gak cuma A.A.J. Payen, ternyata bakat melukis Raden Saleh juga banyak berkembang berkat peran Van de Capellen. Di mata Raden Saleh, Van der Capellen layaknya seorang bapak yang memberikan perhatian kepadanya.
Berkat beliau pula, Raden Saleh mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Eropa.
Raden Saleh berlayar ke Belanda pada 1829. Meskipun awalnya Raden Saleh tidak memiliki niatan untuk menetap lama di Belanda, pada akhirnya ia memilih untuk tinggal selama dua tahun untuk belajar litografi, berhitung, dan bahasa Belanda. Kesempatan ini juga bisa terwujud berkat rekomendasi dari A.A.J. Payen serta dukungan dari Reinwardt dan Van der Capellen. Segala keperluan Raden Saleh pun ditunjang oleh pemerintah Belanda.
Selama di negara kincir angin tersebut, beliau tinggal di rumah J.W. Nibbelink dan memahirkan bahasa Belanda di bawah asuhan J. Verheys dan Ten Brumer. Di Den Haag, Belanda, Raden Saleh belajar melukis potret di bawah bimbingan Cornelis Kruseman, seorang pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan. Selain potret, Raden saleh juga belajar melukis pemandangan kepada ahlinya, yaitu Andries Schelfhout.
Tekad Raden Saleh untuk menjadi seorang pelukis semakin diperkuat dengan menggelar pameran di Den Haag dan Amsterdam. Masyarakat Belanda terkesima ketika melihat lukisan beliau. Mereka tidak percaya bahwa seorang pelukis muda asal Hindia Belanda dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Baca Juga: Serunya Jurusan Sejarah, Menyelami Masa Lalu Lewat Mata Kuliah
Lantaran senang belajar seni lukis di Eropa, Raden Saleh akhirnya menetap lebih lama dari yang direncanakan. Bahkan, ia selalu menolak ketika ditawari untuk kembali ke Jawa. Dalam perundingan antara Raja Willem II dan pemerintah Hindia Belanda, Ia diberikan izin untuk tinggal lebih lama, namun tunjangan dari kas pemerintah Belanda Dihentikan.
Raden Saleh pun menjadi pelopor para mahasiswa Indonesia untuk datang dan belajar di Belanda. Akan tetapi, aksinya membuat gundah pemerintah kolonial Hindia Belanda karena khawatir Raden Saleh akan membawa gagasan-gagasan untuk menentang kolonialisme ke Jawa. apalagi pada saat itu, baru saja pecah perang Jawa dan Belanda belum lama memadamkan pemberontakan Pangeran Diponegoro.
Menjadi Seorang Pelukis Raja
Pada tahun 1839, Raden Saleh pergi ke Jerman untuk menimba ilmu melukis dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman. Beliau tinggal di Jerman selama lima tahun untuk menimba ilmu melukis. Ketika ia di sana, Jerman belum mengenal gaya orientalisme, sehingga Raden Saleh menjadi orang pertama di Jerman yang melukis dengan gaya orientalisme.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1844, Raden Saleh kembali ke Belanda dan sudah menjadi pelukis besar yang sangat terkenal. Bahkan, Raja Willem II pun menganugerahkan Bintang Eikenkoon, sebuah tanda penghargaan dari Luxemburg kepada Raden Saleh. Setelah itu, Raden Saleh diangkat sebagai pelukis istana atau pelukis raja oleh Raja Willem II.
Pulang ke Nusantara
Setelah bertahun-tahun menimba ilmu di negara Eropa, Raden Saleh akhirnya kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1815. Beliau mendapat tugas sebagai konservator “Kumpulan Koleksi Benda-Benda Seni”.
Diceritakan pada tahun 1853/1854, Raden Saleh bertemu dan menikahi seorang perempuan Eropa bernama Winkleman yang memiliki tanah di Weltevreden, yang sekarang menjadi daerah Gambir. Akan tetapi, pernikahan mereka tidak bertahan lama, sehingga Raden Saleh menceraikan Winkleman dan kemudian pada tahun 1868 menikahi perempuan Jawa keturunan ningrat dari Keraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Danoediredjo.
Di Jawa, nama Raden Saleh sebagai pelukis besar tetap terjaga. Namun di sisi lain, pemerintah kolonial tetap menaruh kecurigaan terhadap dia. Pada tahun 1868, Raden Saleh dituding terlibat dalam beberapa kerusuhan. Namun, tuduhan tersebut tidak berdasar dan membuat Raden Saleh kecewa.
Baca Juga: Mengenal Achmad Soebardjo, Perumus Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Akhir Hayat Raden Saleh
Raden Saleh sempat kembali mengunjungi Eropa pada tahun 1875 bersama sang istri. Beliau juga sempat mengunjungi Italia sebelum akhirnya kembali ke jawa pada tahun 1878.
Dua tahun setelah kembali ke Jawa, tepatnya pada 23 April 1880, Raden Saleh meninggal dunia. Menurut pemeriksaan dokter, penyebab kematiannya adalah terhambatnya aliran darah karena pengendapan yang terjadi di dekat jantungnya. Jasad Raden Saleh dikebumikan di TPI Bondongan, Bogor, Jawa Barat. Di nisan makam, tertulis keterangan dirinya sebagai pelukis kerajaan Belanda yang berbunyi:
“Raden Saleh. Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wollanda Ridder de Orde van de Eiken Kroon, Kom Met De Ster Der Frans Joseph Orde, Ridder Der Kroon Orde van Pruissen, Ridder van den Witten Valk.”
Dulu, beliah menghibahkan sebagian halaman rumahnya yang luas untuk dijadikan kebun binatang. Kini, kebun binatang tersebut menjadi Taman Ismail Marzuki. Sedangkan kini rumahnya masih bertahan dan menjadi Rumah Sakit PGI Cikini.
Kediaman Raden Saleh yang kini menjadi Rumah Sakit PGI Cikini (cagarbudaya.kemdikbud.go.id)
Lukisan Karya Raden Saleh yang Mendunia
Sampai sekarang, masih belum bisa dipastikan berapa banyak lukisan yang diciptakan Raden Saleh semasa hidupnya. Tapi, ada beberapa lukisan yang dikenal dunia dan mendapat penawaran tertinggi dalam acara lelang. Berikut lima lukisan terbaik Raden Saleh dan cerita di baliknya.
1. Perburuan Banteng (1855)
Lukisan Perburuan Banteng (koransulindo.com)
Lukisan yang dikenal dengan judul “La Chasse au Taureau Sauvage” atau “Wild Bull Hunt” ini merupakan salah satu karya Raden Saleh yang paling terkenal. Lukisan ini bertema perburuan yang memperlihatkan konflik antara manusia dan hewan liar yang dramatis. Ini merupakan lukisan yang unik karena melibatkan self-potrait di mana Raden Saleh melukiskan dirinya sendiri di atas kuda coklat yang gagah.
Lukisan seharga 7,2 miliar Euro atau sekitar 8,8 miliar dolar USD ini merupakan pesanan dari seorang pedagang gula dan kopi di abad ke-19 bernama Jules Stanislas Sigis Cezart.
2. Perburuan Rusa (1846)
Lukisan Perburuan Rusa (idntimes.com)
Karya Raden Saleh yang satu ini merupakan salah satu lukisan paling simbolis karena menggambarkan perjuangan untuk bertahan hidup. Lukisan dengan nama “The Deer Hunt” ini terjual seharga 1,8 miliar dolar di Singapura pada tahun 1996.
3. Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857)
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (idntimes.com)
Lukisan yang menunjukkan penangkapan Pangeran Diponegoro ini dibuat pada tahun 1857. Ini merupakan salah satu lukisan yang paling ramai dibicarakan dan menjadi pemantik diskusi mengenai sikap politik Raden Saleh, dan apakah karya ini menyampaikan pesan anti kolonial.
Sekarang, lukisan ini dipajang di Istana Negara dan menjadi salah satu lukisan langka Raden Saleh yang menggambarkan peristiwa sejarah sebagai tema besarnya.
4. Perburuan Singa (1840 dan 1841)
Lukisan Perburuan Singa (idntimes.com)
Tidak kalah dengan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, lukisan Raden Saleh yang berjudul “The Lion Hunt” juga cukup terkenal. Bahkan pada tahun 2011, lukisan ini dijual seharga hampir 2 juta Euro.
Ada dua versi dari lukisan Perburuan Singa, pertama yang diciptakan pada tahun 1840, dan satu yang lain dibuat satu tahun setelahnya dengan komposisi yang lebih matang. Seri Perburuan Singa menjadi salah satu lukisan adegan berburu yang paling awal diciptakan oleh Raden Saleh. Lukisan-lukisan ini memikat hati para pecinta seni Jerman yang kala itu penasaran tentang wilayah Timur.
5. Singa Terluka (1838)
Lukisan Singa Terluka (theasianparent.com)
Ternyata, binatang buas menjadi objek lukisan yang sangat disukai oleh Raden Saleh, ya. Lukisan “The Wounded Lion” (1838) dan “Head of Lion” (1883) adalah beberapa karyanya yang menampilkan singa.
Demi mempelajari anatomi hewan buas yang satu ini, Raden Saleh rajin pergi ke pertunjukan penjinak hewan Henri Martin di Den Haag. Beliau sering menyelinap ke belakang panggung untuk melihat singa dari jarak dekat.
6. Antara Hidup dan Mati (1870)
Lukisan Antara Hidup dan Mati (idntimes.com)
Sesuai judul, lukisan ‘termuda’ Raden Saleh ini memperlihatkan seseorang dengan kudanya yang berusaha melawan terkaman singa. Melalui karyanya yang satu ini, Raden Saleh seolah ingin menunjukkan perjuangan hidup dan mati.
Sebuah catatan kuratorial juga menyebutkan kalau lukisan ini secara tersirat menggambarkan tentang bagaimana sebuah bangsa merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Raden Saleh meninggal tepat 10 tahun setelah menyelesaikan lukisan Antara Hidup dan Mati.
—
Ternyata sosok Raden Saleh sangat inspiratif, ya! Berkat tekad dan ketekunannya, beliau bisa menjadi salah satu pelukis yang berpengaruh dalam sejarah seni lukis di Indonesia. Kamu juga bisa lho menjadi sosok yang hebat jika memiliki dedikasi yang tinggi terhadap apa yang kamu tekuni.
Makanya, ayo tingkatkan kualitas belajar kamu dengan bergabung bersama Brain Academy! Selain mendalami materi pelajaran, kamu juga bisa mengembangkan soft skill dan bergabung dengan klub hobi di sini! Tunggu apa lagi? Yuk segera daftar ke cabang terdekat!
Sumber:
Biografi Raden Saleh, Pelopor Seni Lukis Modern Indonesia. [Daring]. Tautan: https://gasbanter.com/biografi-raden-saleh/. Diakses 8 September 2022.
Kisah dan Makna di Balik 5 Lukisan Raden Saleh yang Mendunia. [Daring]. Tautan: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/09/27/kisah-dan-makna-di-balik-5-lukisan-raden-saleh-yang-mendunia. Diakses 8 September 2022.
Sumber Gambar:
Potret Raden Saleh. [Daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh. Diakses 9 September 2022.
Kediaman Raden Saleh yang kini menjadi Rumah Sakit PGI Cikini. [Daring]. Tautan: http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015090300001/rumah-sakit-cikini-khusus-eks-rumah-raden-saleh. Diakses 9 September 2022.
Lukisan Singa Terluka. [Daring]. Tautan: https://id.theasianparent.com/lukisan-raden-saleh. Diakses 9 September 2022.
Lukisan Perburuan Banteng. [Daring]. Tautan: https://koransulindo.com/lukisan-perburuan-banteng-karya-raden-saleh-terjual-rp-120-miliar/. Diakses 9 September 2022.
Lukisan Perburuan Rusa. [Daring]. Tautan: https://www.idntimes.com/science/discovery/laili-zain-damaika-1/lukisan-raden-saleh?page=all. Diakses 9 September 2022.
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro. [Daring]. Tautan: https://www.idntimes.com/science/discovery/laili-zain-damaika-1/lukisan-raden-saleh?page=all. Diakses 9 September 2022.
Lukisan Perburuan Singa. [Daring]. Tautan: https://www.idntimes.com/science/discovery/laili-zain-damaika-1/lukisan-raden-saleh?page=all. Diakses 9 September 2022.
Lukisan Antara Hidup dan Mati. [Daring]. Tautan: https://www.idntimes.com/science/discovery/laili-zain-damaika-1/lukisan-raden-saleh?page=all. Diakses 9 September 2022.