Mengenal Ejaan Bahasa Indonesia dan Sejarah Perkembangannya
Ejaan Bahasa Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa, lho. Penasaran? Yuk, simak sejarah perkembangan lengkap dengan contohnya!
—
Apakah kamu pernah membaca tulisan seperti ini: “goeroe” yang dibaca “guru”, “djalan” yang kini menjadi “jalan”, atau “sjair” yang sekarang kita kenal dengan “syair”? Itu semua merupakan contoh ejaan lama dalam Bahasa Indonesia. Dari waktu ke waktu, ejaan kita terus mengalami perubahan dan penyempurnaan.
Sebelum akhirnya kita menggunakan EYD Edisi V sebagai pedoman resmi, yuk ketahui perjalanan panjang ejaan Bahasa Indonesia dari masa ke masa!
Pengertian Ejaan
Sebelum membahas perkembangan ejaan, kita ketahui dulu apa itu ejaan? Menurut KBBI, ejaan adalah kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam tulisan serta penggunaan tanda baca. Ejaan berkaitan erat dengan tata tulis, yang mencakup penggunaan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca yang tepat.
Kenapa, sih kita perlu belajar ejaan Bahasa Indonesia? Karena menulis dengan kaidah ejaan yang benar membantu kita berkomunikasi secara tertulis dengan lebih efektif dan mudah dipahami. Jadi, kita bisa menghindari salah paham atau miskomunikasi.
Baca juga: Contoh Kata Baku dan Tidak Baku, Jangan Tertukar, Ya!
Fungsi Ejaan
Ejaan Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam komunikasi tertulis, antara lain:
- Menjadi landasan dalam pembakuan tata bahasa agar bahasa yang digunakan lebih sistematis dan konsisten.
- Menjadi acuan dalam pembakuan kosakata dan istilah agar lebih baku dan seragam.
- Berfungsi sebagai filter terhadap masuknya unsur asing ke dalam Bahasa Indonesia, sehingga kata-kata serapan dapat diadaptasi tanpa mengubah atau menghilangkan makna aslinya.
- Menunjukkan bahwa penulis memiliki perhatian terhadap detail dan bersikap profesional.
- Membantu menjaga keutuhan Bahasa Indonesia sebagai identitas nasional dan bahasa pemersatu.
- Mempermudah pembaca dalam memahami informasi yang disampaikan secara tertulis.
Baca juga: Majas: Pengertian, Contoh, Ciri, dan Jenis-Jenisnya
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan hingga akhirnya kita menggunakan ejaan yang berlaku saat ini. Yuk, ketahui bagaimana perkembangan ejaan Bahasa Indonesia dari waktu ke waktu!
1. Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen merupakan pedoman ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Ejaan ini merupakan ejaan Melayu yang menjadi dasar bagi Bahasa Indonesia. Namanya diambil dari Charles Adrian van Ophuijsen, seorang guru dan ahli bahasa asal Belanda. Ia menyusun ejaan ini bersama Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Namun, ejaan ini dianggap terlalu rumit, nggak efisien, dan nggak sesuai dengan sistem fonetik Melayu.
Beberapa contoh penulisan dalam ejaan Van Ophuijsen antara lain: kamoe (kamu), oemoer (umur), djoedjoer (jujur), poera2 (pura-pura), dan ma’mur (makmur).
2. Ejaan Soewandi / Ejaan Republik
Setelah Indonesia merdeka, disusunlah ejaan baru untuk menggantikan dan memperbaiki Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan ini diberi nama Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik, yang diambil dari nama Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Ejaan ini mulai diberlakukan secara resmi pada tahun 1947.
Beberapa pembaharuan dalam ejaan ini antara lain, penggantian diftong oe menjadi u, serta penghapusan tanda apostrof (‘) dan diganti dengan huruf k atau dihilangkan dalam penulisan.
Contoh penulisan dalam Ejaan Soewandi antara lain: ma’mur menjadi makmur, ra’yat menjadi rakyat, ma’af menjadi maaf, dan boekoe menjadi buku.
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan Pembaharuan merupakan penyempurnaan dari Ejaan Soewandi. Ejaan ini pertama kali disarankan oleh Prof. M. Yamin melalui Kongres Bahasa Indonesia II yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1954.
Pembaruan ejaan ini disusun oleh panitia yang diketuai oleh Prijono dan E. Katoppo. Beberapa usulan pembaharuannya antara lain: prinsip satu fonem satu huruf, menghapus tanda hubung pada kata ulang bermakna tunggal seperti kura-kura (kurakura), serta mengubah penulisan diftong ai, au, dan oi menjadi ay, aw, dan oy. Meski telah dirumuskan, ejaan ini nggak pernah diresmikan dalam undang-undang.
4. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo merupakan akronim Melayu-Indonesia. Draft ejaan ini disusun pada tahun 1959 dan merupakan hasil kerja sama antara Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia). Perubahan yang diajukan nggak jauh berbeda dari Ejaan Pembaharuan sebelumnya.
Tujuan utama ejaan ini adalah untuk menyeragamkan sistem ejaan yang digunakan di kedua negara. Tapi, ejaan ini juga gagal diresmikan akibat memanasnya situasi politik antara Indonesia dan Malaysia pada saat itu.
5. Ejaan Baru/ Ejaan LBK
Ejaan Baru dirumuskan oleh Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) yang dibentuk pada tahun 1967. Ejaan ini merupakan penyempurnaan dari Ejaan Melindo dan menjadi cikal bakal dari Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Dalam ejaan ini, huruf vokal yang digunakan terdiri atas: i, u, e, ə, o, dan a. Selain itu, kata-kata asing mulai diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan penyesuaian ejaan, misalnya kata extra menjadi ekstra.
6. Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan selanjutnya adalah EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan. Apa itu Ejaan Yang Disempurnakan? EYD adalah pedoman resmi ejaan bahasa Indonesia untuk mengatur penulisan huruf, kata, dan tanda baca.
EYD disusun untuk menyederhanakan dan menyeragamkan cara penulisan dalam Bahasa Indonesia. Ejaan ini berlaku cukup lama, sejak tahun 1972 sampai 2015.
Selain yang paling lama digunakan, EYD juga mengatur kaidah penulisan Bahasa Indonesia secara lengkap. Ini mencakup unsur bahasa serapan, tanda baca, pelafalan huruf e, penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring.
Huruf f, v, q, x, dan z yang kental dengan unsur bahasa asing juga resmi menjadi bagian dari Bahasa Indonesia. Berikut beberapa perubahan dan contoh ejaan yang disempurnakan, antara lain:
- Penulisan huruf tj menjadi c, contohnya: tjepat → cepat
- Penulisan huruf j diganti menjadi y, contoh: jang → yang
- Huruf nj menjadi ny, contoh: kelihatannja → kelihatannya
- Huruf ch menjadi kh, contoh: chusus → khusus, dan lain sebagainya
7. PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)
PUEBI adalah pedoman resmi ejaan bahasa Indonesia yang menggantikan EYD pada tahun 2015. Sebenarnya, PUEBI nggak berbeda jauh dengan EYD versi sebelumnya, hanya saja ada beberapa penyesuaian dan tambahan aturan, seperti penggunaan huruf kapital, diftong, dan tanda baca.
Beberapa perubahan dalam PUEBI antara lain:
- Diftong yang berlaku adalah ai, au, ei, dan oi.
- Pelafalan huruf e dibagi jadi tiga jenis, contohnya seperti kata besar, ekor, dan militer, yang masing-masing punya bunyi e yang berbeda.
- Cetak tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan untuk bagian karangan seperti judul, bab, atau subbab.
- Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Bapak Pendidikan Indonesia.
- Tanda ellipsis (…) dipakai dalam dialog untuk menunjukkan kalimat yang nggak selesai.
8. EYD Edisi V
Nggak berhenti di PUEBI, ejaan Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan. Lalu, apa ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat ini? Versi terbaru yang berlaku adalah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Edisi V yang mulai digunakan sejak 16 Agustus 2022. EYD Edisi V ini merupakan penyempurnaan dari PUEBI.
Beberapa perubahan dalam EYD Edisi V antara lain:
- Monoftong eu ditambahkan sebagai vokal baru.
- Awalan maha- ditulis terpisah dan kapital jika merujuk pada sifat Tuhan. Contoh Maha Esa
- Bilangan yang lebih dari satu kata ditulis dengan angka, bukan huruf.
- Penulisan waktu bisa menggunakan titik dua, misalnya: 13:23.
- Judul karya tulis ditulis dengan huruf miring tanpa pakai tanda petik.
Detail perubahan lainnya bisa kamu lihat di ejaan kemendikbud yang dapat diakses melalui ejaan.kemdikbud.go.id.
—
Wah, ternyata panjang juga ya perjalanan ejaan Bahasa Indonesia hingga akhirnya kita menggunakan EYD Edisi V. Seru juga, kan, belajar sejarah perkembangan ejaan ini? Kalau kamu suka belajar hal-hal baru yang menarik kayak gini, yuk lanjut belajar bareng di Brain Academy!
Sumber:
Anggraeny, Alifya Nur, dkk. Analisis Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia pada Masyarakat Sumbawa [daring]. Tautan: https://jurnal.uts.ac.id/index.php/mantra/article/download/3963/1897
Astuti, Fauzia. 2022. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia: dari Djadoel sampai Kekinian [daring]. Tautan: https://www.ruangguru.com/blog/perkembangan-ejaan-bahasa-indonesia
Pilihbuku. Sejarah Singkat Ejaan Bahasa Indonesia dan Perubahan PUEBI ke EYD [daring]. Tautan: https://pilihbuku.com/ejaan-bahasa-indonesia/]
Kumparan. 2024. Materi Ejaan Bahasa Indonesia: Pengertian dan Fungsinya [daring]. Tautan: https://kumparan.com/ragam-info/materi-ejaan-bahasa-indonesia-pengertian-dan-fungsinya-241jctpmWoa/full
LPM Missi. 2022. 5 Perbedaan PUEBI dan EYD Edisi V [daring]. Tautan: https://lpmmissi.com/5-perbedaan-puebi-dengan-eyd-edisi-v/ (Diakses 28 Juli 2025)