Maladaptive Daydreaming, Ketika Khayalan Menjadi Adiksi

HEADER_DRUM-12

Artikel ini membahas suatu kondisi manusia yang berkhayal secara berlebihan dan dapat menganggu aktivitas di dunia nyata.

Di antara kamu pasti ada yang senang menghabiskan sedikit waktunya untuk melamun. Entah melamun memikirkan masa depan, kesalahan yang baru saja dibuat, pengalaman memalukan, sampai melamun memikirkan cerita khayalan sendiri. 

Saking lelah dan bosan dengan kehidupan di dunia nyata, akhirnya kamu menghabiskan waktumu untuk melamun memikirkan cerita menarik bak drama Korea yang membuat kamu merasa bahagia. 

Kalau bahasa kerennya sekarang, halu! Hahaha. Siapa nih yang kebanyakan halu?

Halu atau melamun dalam batas wajar sih sah-sah aja, kamu juga tetap bisa membedakan dunia khayalan dengan dunia nyata. Paling terpenting, kamu tidak menarik diri dari dunia nyata kamu. 

Tapi hati-hati, kalau kamu mulai merasakan khayalan sangat nyata dan hal tersebut dapat menyita sebagian besar waktu kamu untuk berkhayal. Lebih parah, kalau kamu sudah tidak bisa membedakan mana hal di dunia nyata dengan hal di dunia khayalan.

Emang ada yang kayak gitu? Ada. Beberapa orang di dunia ini pernah mengalaminya, atau mungkin kamu salah satunya? Jika iya, bisa jadi kamu menderita maladaptive daydreaming

Kalau belum pernah mendengar maladaptive daydreaming seperti apa, yuk baca ulasan ini sampai habis ya. 

Baca Juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19

Maladaptive Daydreaming 

Penyebab Maladaptive Daydreaming

Penderita Maladaptive Daydreaming cenderung menarik diri (Sumber: indianexpress.com)

Maladaptive daydreaming adalah ketika kondisi seseorang terjebak dalam khayalan mereka dalam waktu yang lama, sehingga mengabaikan hubungan dan kewajiban di dunia nyata. 

Penyebab maladaptive daydreaming terjadi ketika seseorang mengalami trauma, kekerasan, maupun kesepian. Mereka mencari cara untuk ‘kabur’ dari penderitaannya dengan cara berkhayal selama berjam-jam. Yha, bisa dibilang berkhayal termasuk strategi coping mechanism bagi seseorang yang menderita kesepian, trauma, dan kekerasan. 

Perbedaan berkhayal biasa dengan berkhayal maladaptif terletak dari bagaimana khayalan ini dapat membuat keterikatan emosional yang kuat dengan individu. Keterikatan emosional biasanya dapat menggantikan perasaan sakit hati atau trauma di dunia nyata.

Sayangnya, hal ini malah mengakibatkan penderita mengalami tekanan klinis dan gangguan fungsi kesehatan seperti, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), depresi, OCD (obsessive-compulsive disorder). 

Gejala penderita maladaptive daydreaming lainnya, yaitu memiliki kesulitan berinteraksi dengan lingkungannya, mengalami insomnia, dan ketidakmampuan melakukan tugas sehari-hari karena susah fokus.

Kondisi maladaptive daydreaming, pertama kali diidentifikasi dan diberi nama oleh Eli Somer, seorang profesor dari psikologi klinik University of Haifa, Israel. Kemudian tahun 2011, psikolog Cynthia Schupak dan seorang aktivis Jayne Bigelsen mengadakan penelitian pada penderita maladaptive daydreaming dalam jurnal Compulsive fantasy: proposed evidence of an under-reported syndrome through a systematic study of 90 self-identified non-normative fantasizers.

Penelitian ini mengidentifikasi 90 orang yang mengaku mengidap maladaptive daydreaming. Hasilnya membuktikan, sekitar 79% melaporkan mengalami keterikatan emosional dengan dunia khayalan mereka dan mereka juga mengaku mengalami kesulitan dalam mengatasi khayalan berlebih yang mengganggu di dunia nyata mereka. 

Jika kondisi maladaptive daydreaming sudah sangat mengganggu kehidupan pengidapnya, apakah gangguan ini termasuk dalam gangguan mental?

Apakah Maladaptive Daydreaming Termasuk Gangguan Mental?

giphy (2)-Mar-10-2021-05-02-00-28-AMKondisi Maladaptive Daydreaming bukan gangguan mental (Sumber: giphy.com)

Maladaptive daydreaming bukan termasuk kategori gangguan mental karena tidak terdapat dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-V). Namun, tetap saja, penderita maladaptive daydreaming harus memerlukan perawatan untuk mengurangi gejala semakin parah. 

Baca Juga: Manfaat Journaling: Benarkah Baik bagi Kesehatan Mental?

Cara Mengobati Maladaptive Daydreaming 

Terapi Maladaptive DaydreamingPertolongan bagi Penderita Maladaptive Daydreaming (Sumber: theimaginectr.com)

Tidak ada perawatan khusus untuk mengobati kondisi maladaptive daydreaming. Jika kamu merasa mengalami ciri-ciri di atas, segera minta pertolongan orang lain untuk membantumu sadar dari khayalanmu

Bila semakin parah, jangan ragu untuk datang ke terapis agar kamu dapat ditangani dengan tepat. Biasanya, terapis akan menggunakan teknik terapis cognitive behaviour therapy (CBT), yang disebut-sebut mampu mengendalikan keinginan seseorang terjebak di dunia khayalan.

Gimana setelah membaca tentang maladaptive daydreaming? Masih ingin berkhayal lagi? 

Ingat ya, berkhayal sih boleh saja, namun jika khayalanmu terasa sudah mengganggu aktivitas di dunia nyata, jangan ragu untuk meminta pertolongan orang terdekat untuk membantumu pulih. 

Kalau kamu ingin belajar seputar permasalahan psikologi dan ingin masuk jurusan Psikologi, yuk join kelas intensif UTBK di Brain Academy Online agar kamu bisa mendapatkan bimbingan intensif bersama Ruangguru untuk meraih jurusan impian.

[IDN] CTA Blog UTBK Brain Academy

Referensi: 

Harismi, A. 6 April 2020. Maladaptive Daydreaming, Ketika Seseorang Kecanduan Melamun. Tautan: https://www.sehatq.com/artikel/maladaptive-daydreaming-ketika-seseorang-kecanduan-melamun (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Maladaptive Daydreaming. Tautan: https://www.healthline.com/health/mental-health/maladaptive-daydreaming#outlook (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Maharani, A. 10 April 2020. Tautan: Kecanduan Melamun, Hati-hati Kamu Kena Maladaptive Daydreaming!. Tautan: https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3638382/kecanduan-melamun-hati-hati-kamu-kena-maladaptive-daydreaming (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Rakshit, D. 10 Juni 2020. All You Need To Know About Maladaptive Daydreaming. Tautan: https://theswaddle.com/all-you-need-to-know-about-maladaptive-daydreaming/ (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Tapu, M. Maladaptive daydreaming. Tautan: https://thepsychologist.bps.org.uk/volume-29/december-2016/maladaptive-daydreaming (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Apakah saya menderita gejala maladaptive daydreaming?. 15 Maret 2015. Tautan: https://www.alodokter.com/komunitas/topic/gejala-maladaptive-daydreaming (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Sumber Gambar: 

Penderita Maladaptive Daydreaming Cenderung Menarik Diri.  Tautan: https://indianexpress.com/article/parenting/health-fitness/daydreaming-worrying-trend-in-children-5992791/ (daring). (Diakses: 23 Februari 2021).

Kondisi Maladaptive Daydreaming bukan gangguan mental. Tautan: giphy.com (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

Minta Pertolongan Orang Lain. Tautan: https://theimaginectr.com/anxiety-can-be-disabling-and-debilitating-especially-when-its-unmanaged-along-with-medical-treatment-there-are-several-proven-therapeutic-techniques-that-are-extremely-effective-in-treating-and-a/ (daring). (Diakses: 23 Februari 2021). 

 

Elisabeth Garnistia