5 Keteladanan RA Kartini yang Bisa Kamu Tiru di Masa Kini

Brainies Bertanya - Sifat Teladan Kartini yang Bisa Ditiru

Tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Banyak sifat teladan dari seorang Kartini yang bisa kita tiru dan amalkan di era modern seperti sekarang. Yuk, jadi Kartini Masa Kini!

Raden Ajeng Kartini adalah pahlawan wanita yang memperjuangkan emansipasi atau kesetaraan hak-hak perempuan, khususnya di bidang pendidikan. Nggak kebayang deh bagaimana rasanya jika perempuan tidak boleh mengenyam ilmu. Pasti sedih dan kecewa banget ya? Nah, seperti yang kita ketahui, perjuangan RA Kartini telah membuahkan hasil dan memberi kesempatan luas bagi perempuan Indonesia untuk meraih mimpi mereka.

Meskipun pendidikan sudah dapat diakses dengan mudah, bukan berarti perjuangan RA Kartini berhenti sampai di sini. Kamu masih bisa menjadi Kartini era modern dengan meneladani sifat-sifat beliau, seperti yang akan aku ceritakan di artikel ini!

 

1. Semangat belajar yang tinggi

Banyak yang berkata, “tugas perempuan hanyalah di dapur,” hal itu tak sepenuhnya benar. Sejak kecil, RA Kartini merasa bahwa perempuan Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Sayangnya, cita-cita RA Kartini untuk bersekolah harus ditunda karena pada saat itu usianya sudah layak untuk dipingit. Beliau hanya diperbolehkan sekolah di Europese Lagere School (ELS) sampai usia 12 tahun. Setelah itu, Kartini harus menikah dan berdiam di rumah.

Namun, kondisi ini tidak menghalanginya untuk mencari ilmu. Berkat ELS, Kartini bisa memahami bahasa Belanda. Ia pun banyak membaca dari buku, majalah, dan koran Eropa. Kartini tertarik dengan kemajuan berpikir wanita Eropa. Membaca dan menulis adalah  jalan yang ia tempuh untuk mengusir rasa sedih di masa-masa pingitan.

Baca Juga: Biografi R.A Kartini, Wanita Tangguh Pejuang Emansipasi!

 

2. Supel 

Ayah RA Kartini adalah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang bupati di Jepara. Bisa dibilang, Kartini merupakan keturunan bangsawan. Akan tetapi, hal ini tidak membuatnya merasa sombong atau membeda-bedakan status sosial. Kartini berteman baik dengan siapapun; orang Eropa, masyarakat pribumi, Letsy Delmar, hingga isteri asisten Jepara Nyonya Marie Ovink Soer.

 

3. Menghormati orangtua dan mengesampingkan ego

Ada gejolak di dalam hati RA Kartini saat harus menjalani pingitan. Namun, berbekal rasa hormat terhadap keluarga dan tradisi, beliau tetap mengikuti aturan tersebut. Ujian paling berat yaitu ketika sang ibu, Ngasirah, menolak mentah-mentah pemikiran Kartini untuk mengubah nasib perempuan. Hubungan antar ibu dan anak itu pun sempat renggang.

Meskipun timbul rasa kecewa, perlahan RA Kartini kembali memperbaiki hubungan dengan sang ibu. Sejak adiknya, RM Sawito, lahir pada tahun 1892, Kartini melihat pengorbanan ibunya dalam merawat Sawito sepanjang hari. Ia menganggap kasih sayang seorang ibu takkan pernah bisa dibalas oleh apapun.

 

4. Berani bermimpi

Cita-cita Kartini dalam mendobrak stigma perempuan sangatlah besar. Banyak rintangan yang ia temui dari orangtua maupun lingkungan di sekitarnya. Beruntung, sang adik, Roekmini dan Kardinah, selalu mendukung gagasan yang dibuat oleh Kartini. Mereka bertiga melakukan kunjungan ke desa-desa untuk mendengarkan harapan dan masalah yang dialami oleh masyarakat.

Kartini dan kedua adiknya

Kartini dan kedua adiknya (sumber: suara.com)

Kartini juga mempunyai minat untuk menjadi seorang guru. Perjuangan Kartini dalam mendapatkan pendidikan tinggi menarik perhatian orang-orang Belanda. Sayangnya, harapan tersebut harus pupus lantaran adanya penolakan dari keluarga.

 

5. Berjiwa sosial

Dalam kunjungannya ke desa-desa, Kartini beserta kedua adiknya berusaha mengatasi kemiskinan yang dialami oleh masyarakat di Kampung Belakanggunung. Hasil karya para pengrajin ukir di sana dihargai dengan harga yang terlalu murah. Kartini menghubungi beberapa orang di Belanda untuk membantu mempromosikan kerajinan Jepara di Semarang, Batavia, dan Belanda. Kesejahteraan para pengrajin ukir pun meningkat setelah itu.

Setelah menikah dengan Bupati Rembang, Kartini tetap melanjutkan perjuangannya untuk mendidik kaum perempuan dari Jawa dan Madura. Jerih payah Kartini diteruskan oleh keluarga Abendanon dan Nyonya Van Deventer untuk membangun ‘Kartini School” di beberapa kota, dikarenakan RA Kartini meninggal dunia pada tahun 17 September 1904.

Wah, ternyata banyak sisi hidup Kartini yang baru kita ketahui dan bisa dicontoh di zaman sekarang. Kamu juga bisa jadi Kartini Masa Kini dengan giat belajar serta memiliki semangat dalam mewujudkan impian! Psstt, Brain Academy bantu kamu untuk meraih cita-cita masuk ke perguruan tinggi favorit lho. Udah coba belum?

[IDN] CTA Blog Cabang Brain Academy Center

Referensi:

Biografi RA Kartini [Daring]. Tautan: https://www.unpak.ac.id/pdf/Sejarah_R.A.Kartini.pdf

https://perpus.menpan.go.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MzViMjY5NmQ2ZDczM2ZkMTQ1OTRlZjg5NTUxNmFjMTU5NjU2MDIzMw==.pdf

Sumber Gambar:

Ilustrasi RA Kartini [Daring]. Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini_TMnr_10018776.jpg

(diakses 19-20 April 2022)

Salsabila Nanda