Apa Itu Narsis? Yuk, Cek Ciri-Ciri, Penyebab dan Asal-usulnya!

Brainies Bertanya- Percaya nggak, Narsis Berlebihan Tergolong Gangguan Kepribadian-01

Kata “narsis” seringkali kita ucapkan pada seseorang yang hobi berswafoto (selfie). Nah, ternyata ada lho penyakit bernama gangguan kepribadian narsistik. Hmm, ciri-cirinya kayak gimana ya? Yuk, kita bahas mengenai pengertian hingga penyebabnya.

“Eh, lihat deh, aku cantik banget ya di foto ini? Mancung, tirus, mirip Han So-Hee. Upload ke IG ah,”

“Dih, narsis banget jadi orang,”

Pernah punya teman seperti ini? Suka selfie, diunggah ke Instagram kemudian di-share lagi ke Instagram Story pakai sticker “New Post” biar banyak yang notice dan kasih likes. Hahaha, apa jangan-jangan itu kamu? Nggak jarang kita menganggap orang yang hobi selfie itu narsis. Apalagi, di zaman sekarang, banyak di antara kita yang sudah aware dengan isu kesehatan mental. Ada juga yang terlanjur memberikan label “narsistik” terhadap mereka yang gemar berswafoto.

Brainies, aku ingatkan kembali ya, kita tidak bisa melakukan self proclaimed tanpa bantuan psikolog atau psikiater. Kita juga nggak boleh menuduh orang lain terkena gangguan kepribadian. Nah, di artikel kali ini, aku mau mengajak kalian untuk mengenal gangguan kepribadian narsistik. Kira-kira apa pengertian, penyebab dan ciri-ciri narsis?

 

Apa Itu Narsis?

Menurut KBBI, narsistik atau narsis adalah kepedulian yang berlebihan kepada diri sendiri yang ditandai dengan adanya sikap arogan, percaya diri, dan egois. Secara umum, kepribadian narsis ini merupakan kondisi psikologis yang ditandai dengan kecenderungan untuk memuji diri sendiri secara berlebihan.

Istilah narsis juga merujuk pada gangguan kesehatan mental, lho, yang disebut dengan narcissistic personality disorder (NPD). Namun, perilaku narsis ini tidak selamanya dipandang buruk. Ada beberapa perilaku narsis yang justru berdampak baik bagi pelakunya. Perilaku ini akan menjadi masalah atau gangguan saat sudah menjadi kebiasaan yang berlebihan.

 

Asal Usul Kata Narsis, Narsisme, dan Narsistik

Narsis bukan berarti suka difoto. Banyak kok orang yang narsis tapi nggak doyan selfie.

“Hah, gimana maksudnya?”

Gini-gini. Sebenarnya, kata narsis diadaptasi dari cerita mitologi Yunani. Dulu, ada cowok yang GBL (Ganteng Banget Loh) bernama Narcissus. Karena terlalu tampan, ia pun bercermin di permukaan air. Pas lagi asyik ngaca, dia malah jatuh dan meninggal terseret arus sungai. Kasihan 🙁

sejarah dan asal-usul kata narsis

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, tokoh psikologi terkenal Sigmund Freud menguraikan makna “narsis” yang lebih kompleks. Ia mengenalkan konsep narsisme yang artinya “mencintai diri sendiri,”. Sedangkan dalam bahasa ilmiah, narsisme yang berlebihan diartikan sebagai gangguan kepribadian narsistik.

Jadi, narsisme dan narsistik itu berbeda ya. Supaya lebih jelas, kamu bisa melihat perbedaannya di gambar berikut.

perbedaan narsisme dan narsistik

Coba deh, perhatikan orang-orang di sekitar kamu, ada nggak yang suka banget menyanjung diri sendiri secara berlebihan, menganggap kalau dia sangat spesial, superior, unik, dan lebih hebat dari orang lain. Ditambah sifatnya yang egois dan gemar membandingkan diri sendiri dengan orang lain. 

Narsistik merupakan gambaran individu yang sering meminta pujian tentang keunikan, kelebihan, dan kesuksesan mereka. Seseorang yang mengidap gangguan kepribadian narsistik menginginkan perhatian lebih dari orang lain sebagai bentuk penilaian atas dirinya. Pokoknya, everything is always about me, me, and me.

Baca Juga: Mengenal Gangguan Bipolar dan Perbedaannya dengan Mood Swing

Sebagai contoh nih, ketika kamu sedang bercerita, dia kerap memotong pembicaraan dan malah menceritakan tentang dirinya sendiri, jadi dia menanggapi cerita kamu dengan membuat seolah-olah cerita kamu biasa aja dan cerita dia lebih seru. Lebih parahnya lagi, orang narsis bisa sampai memanipulasi orang lain untuk membuat dirinya lebih baik.

 

Ciri-ciri Orang Narsistik

Menurut penelitian, seseorang dengan kepribadian narsistik memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:

1. Sensitif terhadap kritik

Seseorang dengan kecenderungan narsistik sangat sensitif terhadap kritik atau kegagalan walaupun mereka tidak memperlihatkannya. Mereka sangat sensitif terhadap kritik dan kegagalan karena sebenarnya mereka memiliki harga diri yang rapuh.

2. Suka mencari perhatian

Kebutuhan yang besar untuk dikagumi. Mereka secara konstan akan berusaha mencari perhatian dan rasa kagum dari orang lain serta lebih mementingkan tampilan dibandingkan substansi dari suatu hal.

3. Kurang bisa berempati

Kurangnya kemampuan mereka untuk berempati atau mengenali dan mengerti perasaan orang lain. Hubungan mereka dengan orang lain yang sangat sedikit dan dangkal terjadi karena mereka tidak dapat menjalin hubungan timbal balik yang seimbang dengan orang lain. Mereka butuh kasih sayang atau simpati besar dari orang lain tetapi mereka sendiri cenderung tidak menunjukkan empati.

4. Memusatkan perhatian di diri sendiri

Mempunyai konsep diri yang selalu positif tentang dirinya, artinya ia berpikir bahwa dirinya baik dalam hampir segala hal dengan memusatkan perhatian pada diri sendiri.

5. Egosentrisme

Egosentrisme, artinya memikirkan dirinya sendiri tanpa mau mendengarkan pandangan orang lain. Ia menganggap dirinya adalah sosok yang penting.

6. Merasa dirinya paling hebat

Merasa dirinya spesial atau unik, artinya merasa diri paling hebat namun sering kali tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi yang dimiliki.

7. Hubungan interpersonalnya kurang baik

Mempunyai hubungan interpersonal yang kurang baik karena kurangnya empati, perasaan iri dan arogansi, memanfaatkan orang lain serta perasaan bahwa mereka hendak mendapatkan sesuatu.

Baca Juga: Fear of Missing Out aka FOMO, Rasa Gelisah Karena Keseringan Buka Medsos

 

Faktor-faktor Penyebab Narsistik 

Menurut Sedikides (2004), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengidap Narcistic Personality Disorder (NPD), yaitu sebagai berikut:

1. Self- esteem (harga diri)

Harga dirinya tidak stabil dan terlalu tergantung pada interaksi sosialnya memiliki harga diri yang rapuh, sehingga sangat rentan terhadap kritik.

2. Depression (depresi)

Suatu pemikiran negatif tentang dirinya, dunia, dan masa depan, adanya rasa bersalah dan kurang percaya dalam menjalani hidup.

3. Loneliness (kesepian)

Perasaan tidak menyenangkan yang berhubungan dengan ketidak-sesuaian antara kebutuhan untuk akrab dengan orang lain atau keakraban personal. Hal ini membuat mereka tidak mampu untuk memahami orang lain dan memiliki sedikit empati karena perasaan iri dan arogansi, membuat tuntutan yang tidak realistik bagi orang lain untuk mengikuti keinginannya.

4. Subjective Well-being (perasaan subjektif)

Individu merasa bahwa dirinya seakan-akan menjadi pribadi yang sempurna sehingga hal ini membuatnya hidup dalam fantasi keasyikan dengan khayalan akan keberhasilan, kekuatan, kecemerlangan, atau kecantikan yang tidak terbatas.

5. Kurangnya Sosialisasi

Ketika seseorang hidup dalam dunianya sendiri dan lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk kepentingan diri sendiri hal ini akan membuat seseorang tidak peduli dengan lingkungan sosialnya ia cenderung mementingkan kehidupannya sendiri, ketika mendapatkan kritikan dari lingkungan sosialnya ia tidak memperdulikannya karena baginya yang paling benar adalah dirinya sendiri.

Tidak semua orang yang hobi selfie dan diunggah bisa disebut narsistik. Sebab, hingga saat ini belum ada penelitian dalam bidang medis maupun psikologi yang mengatakannya. Terima kasih sudah membaca sampai habis dan belajar bareng Brain Academy Online. Kalau punya topik yang pengen dibahas, tulis di kolom komentar ya. See you soon and bye bye, Brainies!

[IDN] CTA Blog Kelas Gratis Brain Academy Online

Referensi:

Narsis, Narsisme, dan Gangguan Kepribadian Narsistik [Daring]. Tautan: https://fresh.suakaonline.com/fokus-3-narsisme-belum-tentu-gangguan-mental/.

Narsistik (Pengertian, Aspek, Ciri, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi). [Daring]. Tautan: https://www.kajianpustaka.com/2021/08/narsistik.html.

Maria H., Prihanto S., dan Elizabeth M. 2001. Hubungan Antara Ketidakpuasan Terhadap Sosok Tubuh (Body Dissatisfaction) dan Kepribadian Narsistik dengan Gangguan Makan (Kecenderungan Anorexia dan Bulimia Nervosa). Jurnal Anima, Vol 16, No. 3, hal 272-289. Universitas Surabaya.

Satu persen – Indonesia life school. Cara Berhadapan dengan Orang Narsistik. https://www.youtube.com/watch?v=GLP_lb1kdlw.

(Diakses 08 Desember 2021)

Referensi Gambar:

Image Narcissus. [Daring]. Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Narcissus-Caravaggio_(1594-96)_edited.jpg (diakses 15 Desember 2021)

Kak Nazirah MT Saintek