Fenomena Impostor Syndrome: Sering Dialami Oleh Mahasiswa

22022021_IMPOSTOR_Content_Blog_820x410_Draft1

Artikel ini membahas tentang fenomena ‘impostor syndrome’

Percaya tidak, kalau fenomena impostor ini tidak hanya dapat kita temukan di permainan Among Us? Nyatanya, di kehidupan sehari-hari pun kita dapat menemukan fenomena impostor di sekitar kita. Bahkan, para ‘impostor’ ini bisa saja lebih dekat dari yang kita kira! 

Tapi, jangan salah paham! Impostor yang dimaksud kali ini bukan mereka yang suka menyabotase dan mengumpat di ventilasi, ya! Di dunia nyata, istilah impostor ternyata merujuk kepada mereka yang merasa tidak layak untuk mendapatkan keberhasilan yang diraih. Sampai-sampai, mereka tidak merasa ‘fit-in’ dengan lingkungan baru di mana mereka berada. Psikolog menyebut fenomena ini sebagai impostor syndrome

impostorFenomena impostor syndrome di kalangan mahasiswa (Sumber: tenor.com)

Impostor syndrome biasanya sangat mudah dialami oleh para mahasiswa lho. Apalagi, mahasiswa baru yang sedang dalam masa adaptasi dengan lingkungan akademik kampus. Lalu, apa itu definisi dari impostor syndrome? Bagaimana caranya agar kita tahu jika kita bukan seorang impostor? Nah, agar dapat lebih paham tentang impostor syndrome ini, yuk simak penjelasannya sebagai berikut!

Apa itu Impostor Syndrome?

Fenomena impostor syndrome pertama kali dikenalkan oleh dua Psikolog bernama Rose Clance dan Suzanne Imes pada tahun 1978. Awalnya, mereka menggunakan istilah ini untuk menggambarkan keadaan di mana kalangan perempuan yang memiliki prestasi tinggi merasa seperti penipu akan prestasinya. Namun seiring berjalannya waktu, penelitian terhadap impostor syndrome berlanjut hingga ditemukan bahwa impostor syndrome tidak hanya dialami oleh perempuan, namun bisa juga terjadi kepada laki-laki.

Dikutip dari penelitian berjudul ‘Peran Impostor Syndrome dalam Menjelaskan Kecemasan Akademis pada Mahasiswa Baru’ yang diterbitkan Jurnal MEDIAPSI, Clance & Imes mendefinisikan impostor syndrome sebagai perasaan bersalah akan kesuksesan, tidak bisa menerima keberhasilan, ketakutan terhadap evaluasi, perasaan tidak berharga, dan perasaan ketidakmampuan akan pendidikan. Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., atau yang akrab disapa Nuning, seorang Psikolog Klinis UGM juga menjelaskan bahwa impostor syndrome atau impostor phenomenon adalah fenomena psikologis di mana seseorang merasa tidak dapat menerima dan memproses keberhasilan keberhasilan yang telah mereka raih.

fenomena impostor syndrome di dunia nyata

Impostor syndrome merupakan keadaan di mana seseorang meragukan kemampuan mereka (sumber: neuroscience.com)

Dengan kata lain, mereka yang mengalami impostor syndrome selalu mempertanyakan keberhasilan, pencapaian, atau prestasi yang mereka raih. Mereka selalu merasa, bahwa keberhasilan yang mereka miliki hanya sebuah bentuk keberuntungan dan bukan karena usaha dan kemampuan intelektual diri. Mereka juga merasa bahwa prestasi yang diraih sesungguhnya bukanlah untuk mereka. Akibatnya, penderita impostor syndrome sering merasa khawatir bahwa mereka terlihat seperti penipu, dan hal ini juga yang kemudian dapat menimbulkan perilaku maladaptif dan distress.

Cowman & Ferrari mengatakan bahwa mereka yang mengalami impostor syndrome biasanya memiliki karakteristik seperti; 

  1. Memulai pekerjaan lebih awal, namun lambat dalam proses penyelesaian tugas tersebut akibat terlalu berlebihan dalam proses persiapannya;
  2. Menganggap prestasi yang diperoleh adalah keberuntungan;
  3. Takut akan kegagalan karena akan dianggap sebagai penipu oleh orang lain.

Kenapa Mahasiswa Baru Rentan Mengalami Impostor Syndrome?

Mahasiswa merupakan golongan pelajar yang rentan mengalami masalah psikis. Apalagi ketika masih menjadi mahasiswa baru, mereka harus bisa beradaptasi dengan perubahan peran serta lingkungan akademis, yang tentunya jauh berbeda dengan lingkungan sekolah mereka dulu. Ada beberapa faktor yang dapat membuat mahasiswa baru mengalami impostor syndrome, salah satunya adalah persaingan akademis yang tinggi antarmahasiswa.

mahasiswa rentan mengalami impostor syndromeMahasiswa rentan mengalami impostor syndrome (sumber: insidehighered.com)

Kecemasan akademis merupakan salah satu pemicu munculnya impostor syndrome di kalangan mahasiswa. Ottens mengungkapkan bahwa kecemasan akademis ini mengacu pada terganggunya pola pikir, respon fisik, dan perilaku karena kemungkinan performa yang mereka tampilkan tidak diterima dengan baik ketika mereka menerima tugas akademik. Individu yang mengalami impostor syndrome umumnya memiliki hasrat yang kuat untuk terlihat unggul dalam bidang akademik. Tapi di sisi lain, mereka justru mengalami ketakutan saat harus dihadapkan dengan kesulitan saat proses belajarnya. 

Lantas, Bagaimana Caranya Agar Tidak Mengalami Impostor Syndrome?

Mahasiswa yang mengalami impostor syndrome biasanya payah–bahkan tidak bisa–mengendalikan rasa cemas mereka. Akibatnya, mereka akan mudah hilang konsentrasi, kurang percaya diri, memiliki daya nalar yang buruk, dan memiliki daya ingat yang pendek. Hal tersebut pastinya dapat mempengaruhi performa maupun kinerja mahasiswa tersebut.

Bahkan, Chrisman dan Piper (dalam Jurnal MEDIAPSI), mengungkapkan bahwa impostor syndrome memiliki kaitan erat dengan tingginya tingkat kecemasan dan depresi. Bahkan dari pengamatan klinis yang dilakukan oleh Clance, tingginya tingkat kecemasan, depresi, dan ketidakpuasan terhadap hidup, mendorong seseorang yang mengalami impostor syndrome untuk mencari bantuan profesional.

lakukan konsultasiLakukan konsultasi dengan profesional juga merasa mengalami impostor syndrome (sumber: psychologue-chatelet.be)

Nuning, selaku Psikolog Klinis UGM, menyampaikan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan agar terhindar dari impostor syndrome adalah menanamkan pemahaman kepada diri sendiri bahwa kesempurnaan bukanlah hal yang utama. Namun, yang terpenting adalah kita untuk melakukan yang terbaik.

Kemudian, hal selanjutnya yang bisa dilakukan untuk memutus rantai pikiran tentang meragukan diri adalah mengenali dan menghargai kemampuan yang dimiliki. Kamu bisa memulai dengan menuliskan prestasi dan hal-hal kecil yang sudah diraih. Ini merupakan sebuah bentuk apresiasi terhadap diri sendiri. Cara lain yang bisa dilakukan adalah melakukan konsultasi atau curhat dengan orang yang dapat dipercaya.

Tapi, jika individu telah mencurigai dirinya mengalami impostor syndrome, Nuning menyarankan untuk sebaiknya melakukan konsultasi dengan psikolog atau profesional kesehatan lainnya. Sebab, perasaan self-doubt ini dapat meluas ke area fungsi mental lainnya, seperti gangguan kecemasan atau depresi. “Kuatnya pemikiran yang keliru impostor syndrome memerlukan intervensi psikologis yang terstruktur, misalnya dengan terapi cognitive behavioral, untuk memperbaiki kekeliruan dalam berpikir dan merespon lingkungan,” tegas Nuning.

Sekali-kali, mengalami keraguan terhadap kemampuan diri memang wajar, tapi jangan sampai perasaan ini menghalangi kamu untuk terus berkarya dan prestasi, ya! Supaya nggak minder, lebih baik kamu mematangkan kemampuan akademis dan soft skill kamu bersama bimbel Brain Academy Online!

BA online - Brain Academy

Referensi:

Hawley, K. (2019). What Is Impostor Syndrome? Aristotelian Society Supplementary, 93(1), 203–226. https://doi.org/10.1093/arisup/akz003

Rohmadani, Z. V., & Winarsih, T. (2019). Impostor Syndrome Sebagai Mediator Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kecemasan Yang Dialami Oleh Mahasiswa Baru. Jurnal Psikologi Integratif, 7, 122–130. https://doi.org/10.14421/jpsi.v7i2.1733

Suryaning Ali, E., Kurniawati, Y., & Nurwanti, R. (2015). Peran Impostor Syndrome dalam Menjelaskan Kecemasan Akademis pada Mahasiswa Baru. Jurnal Mediapsi, 1, 1–9. http://dx.doi.org/10.21776/ub.mps.2015.001.01.1

Ika. Psikolog UGM Paparkan Fakta Impostor Syndrome. ugm.ac.id. 18 Oktober 2018. [Daring]. Tautan: https://www.ugm.ac.id/id/berita/20226-psikolog-ugm-paparkan-fakta-impostor-syndrome (Diakses: 28 Januari 2021)

Sumber gambar:

Fenomena impostor syndrome di kalangan mahasiswa. tenor.com. [Daring]. Tautan: https://tenor.com/view/puppyy3533amoung-us-puppyy-kitchen-pantry-amoung-us-impostor-puppyy-amoung-us-impostor-gif-18651428 (Diakses: 28 Januari 2021)

Mahasiswa rentan mengalami impostor syndrome. insidehighered.com. [Daring]. Tautan: https://www.insidehighered.com/news/2017/04/06/study-shows-impostor-syndromes-effect-minority-students-mental-health (Diakses: 28 Januari 2021)

Lakukan konsultasi dengan profesional juga merasa mengalami impostor syndrome. psychologue-chatelet.be. [Daring]. Tautan: https://www.psychologue-chatelet.be/notre-blog/comment-reussir-le-premier-pas-lors-de-la-consultation-dun-psychologue/ (Diakses: 28 Januari 2021)

Tiara Syabanira Dewantari