10 Jenis Awan, Arah Gerak, dan Proses Terbentuknya
Kamu penasaran nggak, awan itu geraknya ke mana ya? Simak artikel berikut untuk mengetahui asal mula, jenis, pengelompokkan, dan gerak awan.
—
Awan itu bentuknya kok macem-macem, ya? Siapa yang pertama kali ngasih nama buat bentuk-bentuknya? Terus, awan itu asalnya dari mana dan bergeraknya ke mana aja? Nah, kalo kamu punya pertanyaan kayak gitu, pas banget, nih. Kali ini, aku akan membahas beberapa fakta menarik seputar awan. Bagi yang penasaran, baca artikelnya sampai habis, ya!
Pengertian dan Proses Terbentuknya Awan
Dari mana datangnya awan? Oke, kita pahami dulu pengertian awan itu sendiri. Awan merupakan kumpulan tetes air atau kristal es yang melayang di atmosfer. Pertanyaannya, kenapa tetes air tersebut bisa menggantung di udara dan menjadi awan? Awan terbentuk melalui proses kondensasi, dimana uap gas berubah menjadi titik air atau kristal es.
Nah, kondensasi ini bisa muncul dengan 3 cara, yaitu dengan pemanasan intensif, penghalang fisik, dan front. Kita bahas satu persatu ya:
1. Pemanasan Intensif
Ketika suhu di suatu tempat cenderung panas, maka tekanan udara menjadi rendah. Air menguap dan kondensasi terjadi dengan cepat.
2. Penghalang Fisik
Ketika udara bertemu dengan benda fisik, seperti gunung, maka uap udara akan naik dan mendingin, kemudian membentuk awan.
3. Front
Apabila 2 massa udara yang berbeda sifat (front) alias panas dan dingin saling bertemu. Maka, proses pembentukan awan terjadi di antara keduanya.
Awal Mula Pengelompokkan Awan
Sebelum kita ngomongin macam-macam bentuk awan, aku mau bahas sedikit tentang Luke Howard. Kamu tahu nggak, Luke Howard itu siapa? Luke Howard adalah kimiawan yang lahir di London pada tanggal 28 November 1772. Nah, Luke Howard ini merupakan salah satu tokoh yang punya kiprah besar di bidang meteorologi, khususnya awan. Walaupun profesinya berhubungan dengan kimia, tetapi dari kecil dia sudah mengagumi dan memperhatikan awan yang ada di langit.
Dari pengamatannya, Luke menyimpulkan dari sekian banyak bentuk awan, secara umum semuanya berasal dari tiga bentuk dasar, loh. Bentuk dasar ini diberi nama Cirrus yang artinya serat atau rambut, Cumulus yang artinya tumpukan, dan Stratus yang artinya lembaran atau lapisan.
Bentuk – Bentuk Dasar Awan
1. Stratus
Stratus berasal dari Bahasa Yunani yang artinya lapisan. Persebarannya merata secara horizontal dan berlapis, sehingga kita sulit membedakan mana langit dan mana awan.
2. Cumulus
Dalam bahasa Yunani, Cumulus artinya bertumpuk. Sesuai dengan namanya, awan Cumulus berbentuk gumpalan kapas yang menumpuk. Pergerakan awan ini dapat terjadi secara vertikal.
3. Cirrus
Terakhir, awan Cirrus. Masih berasal dari bahasa Yunani, Cirrus artinya serat atau helaian rambut ikal. Dinamakan Cirrus karena terdiri dari kristal es yang tergores oleh angin, sehingga menyerupai goresan halus dan berserat layaknya rambut.
Jenis Awan Berdasarkan Ketinggiannya
Dari tiga bentuk dasar awan yang sudah disebutkan, terciptalah 10 jenis awan atau yang disebut sebagai genus. Misalnya, awan yang berbentuk lembaran yang menggumpal, itu merupakan gabungan dari awan Cumulus dan Stratus, sehingga diberi nama Stratocumulus.
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional mengklasifikasikan jenis awan menjadi 4 kelompok, yakni Awan Rendah, Awan Sedang, Awan Tinggi, dan Awan Vertikal. Contohnya dapat kamu lihat pada gambar berikut ini!
Baca juga: Kenapa Kita Mengalami Dejavu?
1. Awan Rendah
Adalah awan yang memiliki ketinggian kurang dari 2 km dari permukaan tanah. Terbagi menjadi Stratus, Nimbostratus, dan Stratokumulus.
a. Awan Stratus (St)
Bentuk awan stratus yaitu berlapis-lapis seperti kabut tipis. Bisa ditemukan di mana saja dengan komposisi berupa kumpulan tetes air. Stratus menjadi pertanda cuaca cerah, tetapi dapat berpotensi gerimis.
b. Awan Nimbostratus / Nimbus (Ns)
Dalam bahasa Yunani, ‘Nimbus’ berarti ‘menimbulkan hujan’. Awan ini berwarna abu-abu gelap dan terlihat basah. Kalau kamu bertemu dengan awan Nimbostratus, tandanya akan turun hujan atau salju tebal dalam jangka waktu yang lama.
c. Awan Stratocumulus (Sc)
Awan rendah yang terakhir yaitu Stratokumulus yang terdiri dari kumpulan tetesan air. Bentuknya bergumpal dan bisa menyebabkan hujan ringan atau terkadang salju.
2. Awan Tengah atau Sedang
Adalah awan yang memiliki ketinggian 2 – 6 km dari permukaan tanah. Terbagi menjadi Altostratus dan Altokumulus.
a. Altostratus (As)
Sekilas, awan ini bentuknya seperti pita. Komposisinya berupa tetesan air dan kristal es. Makanya, Altostratus berpotensi menghasilkan gerimis atau virga, yaitu hujan yang tidak sampai jatuh ke tanah.
b. Altokumulus (Ac)
Awan Altokumulus berbentuk gumpalan-gumpalan kapas yang pipih. Bisa menyebabkan hujan ringan meskipun frekuensinya sangat jarang. Komposisinya terdiri dari tetesan air dan kristal es.
3. Awan Tinggi
Adalah awan yang memiliki ketinggian 6-12 km dari permukaan tanah. Terbagi menjadi Cirrus, Cirrocumulus, dan Cirrostratus.
a. Cirrus (Ci)
Cirrus adalah awan yang komposisinya berupa kristal es yang tergores oleh angin. Sehingga, bentuknya mengkilap dan sering kita temui pada siang hari. Tapi tenang aja, awan ini tidak menimbulkan hujan atau salju.
b. Cirrocumulus (Cc)
Sama seperti Cirrus, Cirrocumulus tidak menyebabkan terjadinya hujan, namun berpotensi menghasilkan salju pada kondisi tertentu. Terdiri atas kristal es yang berbentuk gumpalan melingkar menyerupai sisik ikan.
c. Cirrostratus (Cs)
Nah, kalau Cirrostratus berasal dari penyebaran dan penggabungan awan Cirrus. Bentuknya tipis dan sangat halus, serta tidak berpotensi hujan atau salju.
4. Awan Vertikal
Adalah awan yang bisa naik dan bentuknya terus berkembang. Awan vertikal dapat berada di ketinggian rendah, sedang, dan tinggi.
a. Cumulus (Cu)
Awan yang bergerak secara vertikal berbentuk kubah atau menyerupai bunga kol dengan lengkungan bulat. Awan Cumulus muncul pada pagi hari dan menghilang sebelum malam tiba. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
b. Cumulonimbus (Cb)
Awan Cumolonimbus merupakan hasil perkembangan dari Awan Cumulus. Awan ini lebih besar, tinggi, dan dapat mengandung listrik. Butiran air di dalamnya juga lebih banyak. Awan Cumulonimbus menimbulkan badai dan hujat lebat yang disertai petir.
10 bentuk awan memang merupakan yang paling umum kita jumpai, tapi sebenarnya masih banyak sekali kombinasi awan yang dapat terbentuk karena berbagai faktor, seperti kondisi iklim dan cuaca yang berbeda.
Baca juga: Apa Benar Garam Himalaya Lebih Sehat Dibanding Garam Biasa?
Awan Bergerak ke Arah Mana?
Pastinya kita tahu dong, bahwa awan itu bergerak karena pengaruh angin. Tapi, kalian percaya nggak kalo aku bilang awan itu sebenarnya bergerak ke bawah? Lebih tepatnya mungkin disebut jatuh ke bawah kali ya, hehe.
Sama seperti hal lain, awan juga dipengaruhi oleh hukum gravitasi. Jadi, awan itu tidak hanya melayang di udara, melainkan secara perlahan jatuh ke bawah. Eits, walaupun jatuh ke bawah, bukan berarti awan bisa kita sentuh langsung ya.
Awan dapat terdorong kembali ke langit karena adanya konveksi yang disebabkan oleh panas matahari. Simpelnya, daratan yang dipanaskan oleh matahari menghasilkan udara panas yang akhirnya mendorong awan ke atas lagi, deh.
Oke, sebelum mengakhiri bahasan, kamu tahu nggak ada awan yang baru ditemukan? Namanya Awan Asperitas! Sebelumnya, awan yang terakhir kali diidentifikasi itu namanya Cirrus Intortus pada tahun 1951. Nah, baru deh di tahun 2009 teridentifikasi awan baru lagi, yaitu awan Asperitas. Bentuknya bergelombang dan berwarna gelap.
—
Wah, ternyata jenis awan itu bentuknya bermacam-macam ya. Kalau kamu belum paham dengan materi ini atau pengen belajar topik-topik persiapan PTS, PAS, dan UTBK, yuk coba kelas gratis di cabang Brain Academy terdekat di kotamu. Gurunya super sabar, fasilitas lengkap, dijamin langsung ngerti!
Referensi:
‘Cloud names and cloud classifications’, Royal Meteorology Society, 26 Februari 2019 [daring]. Diakses pada: https://www.rmets.org/resource/cloud-names-and-cloud-classifications (6 Agustus 2021)
Grigg, R. ‘Luke Howard: namer of the clouds’’, creation.com, 5 September 2017 [daring]. Diakses pada: https://creation.com/luke-howard-namer-of-the-clouds (6 Agustus 2021)
Popova, M. ‘How the Clouds Got Their Names and How Goethe Popularized Them with His Science-Inspired Poems’’, brainpickings, 7 Juli 2015 [daring]. Diakses pada: https://www.brainpickings.org/2015/07/07/the-invention-of-clouds-luke-howard-hamblyn/ (7 Agustus 2021)
Sumber Gambar:
McArthur, G. (2015) Asperitas over Burnie, Tasmania, Australia [Daring]. Diakses pada: https://cloudappreciationsociety.org/asperitas-winner-announced/ (6 Agustus 2021)
Hamblyn, R. (2015) How did clouds get their name? – Richard Hamblyn [Daring]. Diakses pada: https://www.youtube.com/watch?v=UuW1jhxCgx0 (7 Agustus 2021)