Apa itu Vulkanisme? Ini Pengertian, Gejala, dan Prosesnya

Vulkanisme adalah peristiwa yang berhubungan dengan keluarnya magma ke permukaan bumi. Lalu, seperti apa gejala vulkanisme? Simak artikel berikut!
—
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia. Aktivitas gunung berapi, seperti erupsi, sangat berkaitan dengan fenomena vulkanisme. Fenomena ini terjadi ketika magma dari dalam bumi bergerak menuju lapisan atas, bahkan keluar ke permukaan bumi.
Proses vulkanisme dapat menimbulkan dampak yang beragam, baik positif maupun negatif. Lalu, apa saja dampak dari vulkanisme? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!
Pengertian Vulkanisme
Vulkanisme adalah segala peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar menuju permukaan bumi melalui rekahan dalam kerak bumi. Magma merupakan material cair panas dari dalam lapisan mantel bumi yang bergerak ke atas karena tekanan dari dalam bumi.
Ketika mencapai permukaan bumi, magma akan berubah menjadi lava. Aktivitas magma tersebut menghasilkan berbagai gejala vulkanik seperti gunung api, aliran lava, dan keluarnya gas vulkanik.

Gunung api merupakan gejala vulkanik yang disebabkan oleh aktivitas magma yang keluar ke permukaan bumi (Sumber: Freepik.com)
Gejala Vulkanisme
Peristiwa vulkanisme memiliki dua jenis gejala yang dapat diamati, yaitu gejala sebelum terjadinya vulkanisme (pra vulkanisme) dan gejala sesudah terjadinya vulkanisme (pasca vulkanisme). Berikut adalah ciri-ciri dari kedua gejala vulkanisme tersebut:
1. Gejala Pra Vulkanisme
Gejala ini terjadi sebelum gunung berapi meletus. Ciri-cirinya antara lain:
- Terjadinya gempa di sekitar gunung, akibat pergerakan magma di dalam bumi.
- Peningkatan suhu tanah dan air, seperti sumber air panas menjadi lebih panas dari biasanya.
- Munculnya asap atau uap dari kawah, yang menandakan adanya tekanan dari dalam gunung.
- Perubahan perilaku hewan di sekitar gunung, seperti hewan-hewan yang turun ke pemukiman karena merasa terancam.
- Bau belerang yang menyengat, hasil dari gas vulkanik yang keluar ke udara.
2. Gejala Pasca Vulkanisme
Gejala ini terjadi setelah gunung berapi meletus, yang menunjukkan sisa-sisa aktivitas vulkanik. Ciri-cirinya meliputi:
- Munculnya sumber mata air panas, seperti yang sering ditemukan di area pegunungan vulkanik.
- Terbentuknya danau kawah, biasanya dari bekas letusan yang mengisi kawah dengan air.
- Pengeluaran gas vulkanik, seperti belerang atau karbon dioksida, dari rekahan kecil.
- Terbentuknya tanah yang subur, karena material vulkanik yang mengendap di sekitar gunung membantu menyuburkan tanah.
Proses Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma dari dalam bumi ke permukaan melalui rekahan pada kerak bumi. Proses ini diawali dengan terjadinya pergerakan magma di dalam lapisan bumi, dari litosfer menuju lapisan di atasnya atau hingga mencapai permukaan bumi. Magma bergerak melalui saluran berbentuk seperti pipa yang disebut diatrema.
Di dalam litosfer, magma berada di suatu kantong yang dikenal sebagai dapur magma atau batholit. Kekuatan gerakan magma tergantung pada tekanan gas yang terdapat di dalam dapur magma. Semakin dalam letak dapur magma, maka semakin besar juga tekanan gas, sehingga gerakan magma dan letusannya akan semakin kuat.
Saat mencapai permukaan bumi, magma berubah menjadi lava. Ketika terjadi letusan gunung api, material yang dikeluarkan tidak hanya berupa lava, tetapi juga material padat yang disebut piroklastika. Piroklastika dapat berupa batu besar (bom), batu kecil (lapili), pasir, dan abu vulkanik.
Baca juga: Letak Geografis & Astronomis Indonesia beserta Pengaruhnya
Dampak Vulkanisme
Vulkanisme memiliki dampak yang dapat dirasakan baik secara positif maupun negatif. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing dampaknya:
1. Dampak Positif
- Material vulkanik, seperti abu vulkanik, mengandung mineral yang dapat menyuburkan tanah, sehingga mendukung pertanian
- Vulkanisme menghasilkan material seperti pasir, batuan, dan mineral yang dapat digunakan untuk industri, konstruksi, dan perdagangan.
- Aktivitas vulkanik dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas bumi yang ramah lingkungan.
2. Dampak Negatif
- Letusan gunung api seperti lahar, awan panas, dan aliran lava dapat menyebabkan kerusakan vegetasi dan habitat di wilayah sekitar terdampak dan mencemari sumber air.
- Abu vulkanik yang menyebar dapat menyebabkan masalah kesehatan, terutama gangguan pernapasan dan iritasi mata.
Erupsi Gunung Api
Terdapat dua bentuk gerakan magma yang berhubungan dengan vulkanisme, yaitu intrusi magma dan ekstrusi magma. Intrusi terjadi ketika magma tidak mencapai permukaan bumi, melainkan tetap berada di bawah kerak bumi dan membeku di tempat tersebut. Sementara itu, ekstrusi terjadi ketika magma mencapai permukaan bumi dan keluar sebagai lava. Proses ekstrusi menghasilkan berbagai gejala vulkanik, seperti lava, letusan gunung api, dan kubah lava.

Salah satu gejala vulkanik akibat proses ekstrusi letusan gunung api (Sumber: freepik.com)
Nah, proses ekstrusi menghasilkan salah satu gejala vulkanik, seperti erupsi atau letusan gunung api. Erupsi adalah proses keluarnya magma dari perut bumi. Erupsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu erupsi efusif dan erupsi eksplosif. Berikut masing-masing penjelasannya:
1. Erupsi Efusif
Erupsi dengan tekanan yang kecil, sehingga hanya berupa lelehan yang berangsur keluar. Hal ini terjadi karena magma di dalamnya bersifat basa dan memiliki kandungan gas yang sedikit. Jadi biasanya erupsi tipe ini tidak menghasilkan ledakan yang dahsyat.
2. Erupsi Eksplosif
Erupsi dengan tekanan yang sangat kuat, sehingga menghasilkan letusan yang besar atau ledakan. Hal ini karena magma di bawah gunung memiliki kandungan gas yang sangat tinggi, sehingga memiliki tekanan yang tinggi dan menghasilkan ledakan besar yang biasanya hanya satu kali.
Baca juga: La Nina dan El Nino, “Si Kembar” yang Membawa Dampak Global
Bentuk Gunung Api
Nah, karena ada dua jenis erupsi, maka gunung api yang tersebar di bumi memiliki bentuk yang beragam. Secara umum, terdapat 3 (tiga) jenis gunung api yang dapat kamu temukan, yaitu gunung api perisai, maar, dan strato.
1. Gunung Api Perisai
Gunung api ini merupakan hasil erupsi efusif dan terbentuk dari lava cair yang mengalir jauh sebelum mendingin. Karena magma yang keluar sangat cair, gunung ini memiliki lereng yang sangat landai dan dasar yang relatif luas. Gunung api tipe ini tidak ditemukan di Indonesia, melainkan di negara lain. Contoh gunung api perisai adalah Gunung Mauna Loa dan Gunung Kilauea di Hawaii.

2. Gunung Api Maar
Gunung api ini berbentuk seperti kawah yang dikelilingi dinding rendah. Terbentuk dari letusan eksplosif yang memuntahkan material padat, cair, dan gas, namun memiliki volume lava yang kecil. Biasanya gunung api ini, terisi air membentuk danau kawah. Contoh gunung api di Indonesia dengan bentuk ini adalah Gunung Lamongan dan Gunung Dieng.

3. Gunung Api Strato
Gunung api strato berbentuk kerucut dengan lereng yang curam. Terbentuk dari erupsi yang bergantian antara eksplosif dan efusif, menghasilkan lapisan material padat (abu dan batu) serta lava. Gunung api ini merupakan jenis gunung api yang paling umum di dunia. Beberapa gunung api di Indonesia dengan bentuk ini antara lain adalah Gunung Kerinci, Gunung Semeru, Gunung Raung, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Pangrango.

Status Gunung Api
Setelah membahas mengenai bentuk gunung api, penting juga untuk memahami aktivitas gunung api. Di Indonesia, tingkat aktivitas atau status gunung api dibedakan menjadi empat level sebagai berikut:
1. Level I (Normal)
Pada level ini, aktivitas vulkanik berada pada kondisi normal atau tidak ada tanda-tanda peningkatan aktivitas. Sehingga, area sekitar gunung aman untuk penduduk dan pengunjung.
2. Level II (Waspada)
Pada level II (waspada), mulai terjadi peningkatan aktivitas vulkanik ringan, seperti gempa kecil atau keluarnya gas vulkanik. Sedikit perubahan ini diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik, dan hidrotermal.
3. Level III (Siaga)
Pada level ini, aktivitas vulkanik menunjukkan tanda-tanda yang semakin meningkat, seperti gempa lebih sering, peningkatan suhu, atau deformasi di sekitar gunung. Zona bahaya mulai ditetapkan, dan penduduk sekitar mungkin diminta bersiap untuk evakuasi. Biasanya letusan dapat terjadi dalam kurun waktu 2 minggu.
4. Level IV (Awas)
Aktivitas vulkanik pada level ini berada di puncaknya dengan segera atau sudah terjadi letusan. Evakuasi segera dilakukan di daerah terdampak untuk menghindari risiko.
Status gunung api ini ditetapkan oleh pihak berwenang, seperti Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), berdasarkan pemantauan secara intensif dan menjadi panduan dalam upaya mitigasi bencana untuk melindungi masyarakat di sekitar gunung api.
—
Nah, itulah pembahasan mengenai vulkanisme mulai dari pengertian, gejala, proses, hingga dampaknya. Ingin mempelajari materi tentang geografi lainnya? Yuk, ikutan kelas gratis Brain Academy Online! Kamu bisa belajar dimana saja dengan Master Teacher berpengalaman, lho.
Referensi:
Agus, P. 2024. Dinamika Litosfer dan Dampaknya Terhadap Kehidupan [daring]. Tautan: https://repositori.kemdikbud.go.id/21848/1/X_GEOGRAFI_KD-3.5_FINAL.pdf, diakses tanggal 25 Januari 2025
Budi, H. 2024. Geografi [daring]. Tautan: https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/kurikulum21/Geografi-BS-KLS-XI.pdf, diakses tanggal 25 Januari 2025
Iwan,G. 2024. Geografi Kelas X [daring]. Tautan: https://ftp.unpad.ac.id/bse/Kurikulum_2006/10_SMA/kelas10_geografi_iwan_gatot_sulistyanto.pdf, diakses tanggal 25 Januari 2025
![[IDN] CTA Blog Kelas Gratis Brain Academy Online](https://cdn-web.ruangguru.com/landing-pages/assets/cta/e5070f85-673f-4221-bef5-1021e2f4d494.jpeg)

